Senin, 25 Januari 2010

Tadabbur Surah Saba' ayat 23-45

Tadabbur Surah Saba’ ayat 23-45

Katakanlah hai Muhammad: Panggilah orang-orang yang kamu anggap, yang kamu besarkan, yang kamu agung-agungkan selain Allah. Mereka tidak memiliki walau sebesar atom pun di langit dan di bumi. Mereka tidak punya kawan dan juga tidak memiliki penolong.

Penjelasan:

Jadi nanti orang yang mempunyai sembahan-sembahan selain Allah akan disuruh mencari sembahan-sembahannya dulu di dunia dan meminta tolong darinya. Tetapi ternyata mereka tidak memiliki apapun di langit dan di bumi, tidak bisa menolong walau sedikitpun. Hanya Allah lah yang dapat memberikan pertolongan kepada siapa yang Ia kehendaki.
Kalau zaman sekarang ini, sembahan-sembahan atau thogut contohnya adalah isme-isme di luar Al Islam seperti nasionalisme, sekularisme, pruralisme, liberalisme, humanisme, feminisme, dan lain-lain diagung-agungkan. Nanti Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menyuruh kepada manusia yang ingkar itu untuk memanggil isme-isme yang dulu mereka agung-agungkan itu. Tetapi, sesuai janji Allah, isme-isme itu tidak akan dapat menolongnya, walau sedikitpun. Jadi, seorang mukmin haruslah yakin bahwa hanya Al Islam inilah yang akan menyelamatkan. Satu-satunya hanya Allah lah yang akan menyelamatkannya. Maka disaat itulah penyesalan besar terjadi. Orang yang sukses disaat itu adalah orang-orang yang sudah mengenal kebenaran dan istiqomah di atas kebenaran itu. Walaupun di dunia istiqomah ini sulit, bisa tersisih dari lingkungan, bahkan kerap mendapat cap teroris, garis keras, kaku, tidak mau mengikuti perkembangan zaman, yang berpikir masa lalu, tidak berpikir ke depan, dan sebagainya. Insya Allah orang-orang yang istiqomah ini adalah orang-orang yang selamat dan menang di mata Allah. Justru orang yang mengangungkan pembela-pembela selain Allah, selain Al Islam, akan disuruh Allah datangkan isme-isme yang mereka agung-agungkan dahulu di dunia. Mereka akan disuruh meminta pertolongan pada isme-isme nya itu. Tapi thogut-thogut itu tidak akan bisa menolongnya. Jadi mukmin harus yakin Al Islam inilah yang akan menyelamatkannya. Satu-satunya Allah lah yang akan menyelamatkan. Mukmin sejati tidak akan mau sedikitpun beralih dari keimanan, ia akan memegang dengan teguh kebenaran itu. Kalau orang melepaskan kekufuran kemudian kembali kepada Islam maka inilah kemuliaan, tetapi apabila orang setelah mengenal Islam ia menjadi pemuja isme-isme diluar Islam, maka sesungguhnya ini adalah musibah baginya.

Nasionalisme adalah salah satu contoh wujud nyata paham ashobiyah. Membangga-banggakan bangsa dan ismenya. Apa lah gunanya membangga-banggakan sesuatu yang tidak berasal dari Allah Azza wa Jalla? Segala paham yang dibuat manusia apapun paham itu sesungguhnya adalah paham palsu. Baik dipaksa atau dirayu kepada kita untuk memeluknya. Tidak ada pembelaan nanti di sisi Allah kecuali orang yang diizinkan oleh Allah Ta'ala Siapa itu? Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam lah yang nanti akan memberikan syafaat kepada umat manusia.

Jadi Al Qur’an bila ditadabburi merupakan penguatan bagi keimanan kita bahwa Al Islam itulah segala-galanya. Hanya orang tertentu yang diberikan Allah izin untuk memberi syafaat. Mereka yang nanti rasa takut dihilangkan dari dalam hatinya, mereka akan bertanya: “Apa tadi yang dikatakan oleh RabbMu?”. Mereka berkata: “Yang dikatakan oleh Tuhan Kami adalah Al Haq.” Pernyataan tegas ini juga harus kita katakan pada siapapun di dunia ini, termasuk orang-orang yang kafir pada Allah dan orang-orang sekuler. Sampaikan Al Haq kepada mereka sekalipun dicap aneh, dicap teroris, garis keras, dan sebagainya. Sesungguhnya mukmin yang sejati gigih dan teguh memegang Al Haq.

Katakanlah hai Muhammad, siapakah yg memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Katakanlah: Allah. Dan kalian berada di atas petunjuk atau dalam kesesatan yang nyata.

Penjelasan:

Yang memegang Al Islam berada di atas hudan (petunjuk), sementara mereka yang melepas Islamlah yang berada fi dollalin mubin (dalam kesesatan yang nyata).
Ayat-ayat seperti ini lah yang menguatkan posisi kita sebagai mukmin. Mukmin yang senantiasa mentadabburi Kitabullah atas izin Allah tidak akan mudah terpengaruh oleh debu dunia, politik yang kotor, uang haram, dan lain sebagainya.

Maka katakanlah hai Muhammad, kalian tidak akan dimintakan pertanggungjawaban atas yang kami lakukan dan begitu juga tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang kamu lakukan.

Penjelasan:

Jadi tanggungjawab kita dihadapan Allah adalah sendiri-sendiri, tidak ada pengalihan tanggung jawab. Tidak ada dosa warisan dalam Islam. Siapa berbuat dia yang bertanggungjawab.
Kalau orang mau mentadabburi dan memahami ayat ini insya Allah akan muncul rasa waspada, hati-hati, dan bertanggungjawab dalam bertindak. Dia tidak akan mudah mengekor dan tidak mau asal ikut-ikutan. Taklid membabi buta pada manusia adalah sangat berbahaya tanpa di atas petunjuk. Di dunia, manusia model semacam ini bisa menyatakan dengan lantang bahwa dia akan bertanggungjawab dunia akhirat sekalipun tindakannya salah. Tapi di akhirat nanti, itu semua bohong. Tidak akan ada orang yang berani mau bertanggungjawab pada kesalahan orang lain. Di akhirat ia akan lepas tangan, membela diri dan menyalahkan orang-orang yang mengikutnya, siapa suruh ikut dirinya. Jadi salah atau benar ikut saja, ini tidak ada dalam Islam.
Dalam sebuah ayat dikatakan bahwa:
Katakanlah Muhammad : aku mengajak manusia ke jalan Allah diatas kesadaran, bashiroh, kebenaran aku dan orang-orang yang mengikuti aku. Jadi bukan mau benar atau salah yang penting ikut aku!!! Jadi dakwah yang benar adalah dakwah yang taklid dan mengajak pada sumber kebenaran, yaitu Al Qur’an dan AsSunnah. Manusia itu tidak lepas dari kesalahan. Ketika ia sudah keluar dari Al Qur’an dan AsSunnah jangan ikuti. Jadi Islam adalah dien yang mengajak orang untuk cerdas. Tidak asal taklid.

Inilah pentingnya kita memahami Al Qur’an,. Supaya mengetahui jalan yang benar. Hidup di dunia tanpa Al Qur’an, pasti tersesat. Lihatlah manusia yang banyak sekarang ini, kaum muslimin. Kemana arus kesitulah mereka ikut. Anak-anak mudanya diombang-ambingkan oleh serangan budaya yang melalaikan manusia dari mengingat Allah. Tren fashion, musik, berbagai budaya barat, menghabiskan waktu dan masa muda mereka. Bagaimana mereka nanti ketika ditanya Allah tentang masa mudanya untuk apa digunakan. Orangtuanya juga menghabiskan sisa usia mereka di padang golf, lapangan tennis, bepergian, justru bukan menghabiskan waktunya dengan Al Qur’an. Seolah-olah mereka mengatakan, sesungguhnya hari akhir (hari perhitungan amal dan dosa) itu nanti adalah hari yang mudah. Padahal Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan para Sahabat Rhadiyallahu Ta'ala anhum ajmain, serta mukmin yang sejati justru takut dengan hari akhir, sebab disanalah semua akan dimintai pertanggungjawaban.

Seperti kaum Nasrani dan Yahudi, mereka menyembah Tuhan selain Allah, atau siapapun yang lain-lain, kaum jahiliyah dahulu dan sekarang, maka nanti di akhirat akan ditanya oleh Allah atas sembahannya itu. Allah akan katakan kepada mereka: Ayo perlihatkan mana sembahan-sembahanmu dahulu di dunia?. Tidak! Sekali-kali tidak! Allah Maha Perkasa Maha Bijak. Tidak Kami utus kamu Muhammad melainkan kepada seluruh umat manusia.
Jadi risalah Rasulullah adalah risalah global untuk seluruh belahan dunia, bukan hanya untuk Timur Tengah atau orang-orang Asia saja. Rasulullah itu pemberi kabar gembira dan peringatan, tetapi banyak manusia tidak menyadarinya.
Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam tidak diutus hanya untuk orang arab. Tapi untuk sekalian alam. Islamisasi bukanlah arabisasi! Orang-orang yang mengatakan Islam identik dengan arabisasi dan tidak cocok untuk orang-orang di luar arab adalah orang-orang yang dusta (istiro’). Dimanapun dien nya itu sama. Yaitu Al Islam. Makanya tidak ada istilahnya Islam Indonesia, Islam Jawa, dan lain sebagainya. Yang ada adalah fikih Islam. Titik. Selesai. Artinya Islam yang bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, serta Ijtihad yang bersumber pada Qur’an dan Sunnah.

Manusia yang meyakini konsep Islam kaffah itu memang minoritas. Lihatlah ayat ini, betullah kata Allah Tabaroka wa Ta’ala. Kebanyakan manusia tidak mengerti bahwa hakikatnya Islam itu untuk seluruh manusia dan mengatur segala sendi kehidupan manusia. Banyak orang meyakini Islam itu hanya cocok dengan arab dan Rasulullahdiutus hanya untuk orang arab. Bahkan kita salah menamakan negara-negara arab dengan sebutan Timur Tengah. Padahal apabila kita mau jujur, maka negara-negara arab kalau dilihat dari Indonesia seharusnya Barat Tengah. Kita mengekor Amerika Serikat dalam penamaan itu.

Mereka berkata: Kapan janji ini datang dan terwujud bila kalian orang-orang yang benar? (Maksudnya yaumul akhir, perhitungan, al hisab, jannah dan naar). Kapan itu datang?
Katakanlah wahai Muhammad: Tunggu saja, kamu akan menghadapi janji suatu hari yang namanya kematian, kamu tidak akan diperlambat maupun dipercepat walau satu saat pun.

Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Bukhari, Rasulullah saw berkata: Ada 5 hal yang diberikan kepada saya, dan itu tidak pernah diberikan oleh Allah kepada nabi-nabi sebelumku:
1. Aku diberikan kemenangan dari musuh, dengan ketakutan yang dialami musuh itu sejauh 1 (satu) bulan perjalanan;
2. Dijadikan bagiku bumi sebagai masjid yang suci, siapa saja dari umatku, dimanapun ia berada dan berjalan, sementara waktu sholat sudah masuk, maka sholatlah kamu. Sebab dijadikan Nya tanah itu suci;
3. Dihalalkan bagi saya, harta rampasan perang, bagi nabi-nabi sebelum Rasulullah harta rampasan perang diharamkan;
4. Aku juga diberikan hak untuk memberikan syafa’at kepada umatku kelak di hari perhitungan;
5. Dan adalah nabi yang dahulu diutus untuk kaumnya saja, sementara aku diutus untuk seluruh manusia.

Dalam hadits lain Rasulullah berkata: Aku diutus pada kaum yang hitam dan yang merah. (Maksud hadits ini adalah bangsa Jin dan manusia/ orang arab dan orang non arab).

Kemudian Allah menyampaikan ayat tentang saat kematian (sa’ah) yang tidak dapat diundur. Maksudnya adalah hari kematian/ kiamat.
Di hari kiamat nanti kita akan saling berbantahan. Baik yang mengajak pada kesalahan maupun yang diajak. Orang yang lemah menyalahkan yang menipu, demikian sebaliknya. Tidak ada yang saling dapat disalahkan. Masing-masing salah.
Di hari akhirat nanti kita akan diazab sendiri-sendiri, tidak akan ada penterjermah antara kita dengan Allah. Masing-masing dari kita akan langsung berhadapan dengan Allah Ta'ala. Manusia akan dipanggil dengan namanya sendiri. Seluruh manusia sejak Nabi Adam Alaihisalam hingga manusia yang mati terakhir di dunia nanti akan disidangkan dalam keadaan telanjang tanpa sehelai kainpun di tubuhnya.
Sahabat bertanya pada Rasulullah SAW berkenaan dengan keadaan manusia di saat itu: Wahai Rasulullah apakah kita malu tidak berpakaian saat itu? (melihat aurat masing-masing) Tidak! Kalian akan sibuk dengan perkara kalian masing-masing, sampai-sampai antara bapak dan anak, suami dengan istrinya, teman dengan temannya tidak bisa saling tolong. Yang dapat memberi pertolongan hanyalah orang-orang yang diberikan izin memberi syafa’at oleh Allah Ta’ala, seperti para Rasul, yang dapat memberi syafa’at kepada kaumnya, juga orang-orang yang mati syahid yang dapat mengajak sanak keluarganya hingga sebanyak 40 orang, namun semua itu kembali pada izin dan ridho Allah SWT.
Jahannam (neraka) itu sudah menunggu orang yang akan masuk. Jahannam pun sama seperti surga merindukan penduduknya. Surga dan neraka itu sudah ada, yang tempatnya hanya Allah yang Maha Mengetahui, sebab di zaman Rasulullah SAW, ketika Isra Mi’raj beliau diperlihatkan bentuk surga dan neraka.

Sudah sunnatullah bahwa kebenaran itu ada, kebatilan juga pasti ada. Ketika kebenaran memegang kekuasaan, maka kebatilan juga memiliki kekuasaan. Orang-orang yang berada dalam kebatilan adalah orang-orang yang sombong dengan harta, keturunan dan kekuasaan. Mereka merasa aman dari azab Allah. Allah lah yang memberikan kelapangan rizki kepada mereka. Sesungguhnya harta dan anak-anak mereka tidak dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah. Yang dapat mendekatkan diri kepada Allah adalah keimanan dan amal solehnya. Sampai-sampai paman-paman dan kerabat Rasulullah SAW, tidaklah bermanfaat. Berapa banyak paman Rasulullah yang tidak beriman? Kalaulah keturunan itu bermanfaat, tentu sudah pasti mereka lebih utama daripada kita. Sungguh yang bermanfaat adalah keimanan dan amal soleh. Kalau ada orang yang mengaku keturunan Rasulullah, maka tidak akan bermanfaat kalau mereka tidak beriman dan beramal soleh. Sama saja dengan orang lain. Cukuplah doa dan penghormatan kepada keluarga Rasulullah disampaikan ketika kita tasyahud dalam sholat. Itu sudah cukup, tidak perlu diagung-agungkan di luar sholat. Jadi yg menjadikan kita menang adalah keimanan dan amal soleh. Bukan keturuan, harta, maupun kekuasaan.

Dahulu ada dua orang jahiliyah di zaman Rasulullah SAW yang selalu mengejek Rasulullah dan mengatakan bahwa risalah Muhammad itu hanya diikuti oleh orang-orang yang hina, bukan dari golongan orang-orang yang kaya. Kemudian teman Rasulullah yang sama-sama pedagang bertanya, manakah orang yang mengikuti kamu wahai Muhammad? Tunjukkanlah mereka kepada saya. Wahai Muhammad dakwah kamu itu untuk apa? Kemana? Lalu Rasulullah SAW menjawab: Saya berdakwah untuk ini, ini, dan ini. Ternyata apa yang didengarnya berbeda dengan apa yang didengarnya dari orang-orang kafir jahiliyah itu. Akhirnya setelah itu ia beriman.
Jadi dakwah Rasulullah tidak hanya diikuti oleh orang-orang hina/ miskin saja, tetapi juga orang-orang kaya banyak yang masuk Islam.

Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwasanya orang yang beriman akan memiliki kamar-kamar yg tinggi di surga. Allah katakan: pahala yang dilipatgandakan adalah: satu amalan soleh akan Allah lipatgandakan 10 (sepuluh) sampai 700 (tujuh ratus) kali. Berbeda dengan keburukan, kalau dikerjakan akan diganjar dengan 1 (satu) keburukan.
Tentang surga, Ali bin Abi Thalib RA pernah berkata, Rasulullah SAW: Sesungguhnya di dalam surga itu ada kamar-kamar, yang dari luar kelihatan dalamnya, dan dari dalamnya kelihatan luarnya. Kemudian orang badui bertanya: Untuk siapa itu? Rasulullah menjawab: Untuk yang bagus perkataannya, yang memberi makan bagi yang membutuhkan, yang senantiasa berpuasa, yang memelihara sholat ketika manusia masih terlelap (qiyamulail/shalat malam).
Kemudian disebutkan juga di ayat itu, tidak ada satupun yang kamu infaqkan di jalan Allah kecuali Allah akan menggantinya.
Dalam Hadits Qudsi Allah SWT berkata kepada Rasulullah SAW: Berinfaqlah kamu wahai Muhammad, maka Aku akan berinfaq juga kepadamu. Berinfaqlah sebanyak-banyaknya dan jangan takut kekurangan dari Allah Yang Memiliki Arasy.
Jadi berapapun yang kita infaqkan tidak akan pernah mengurangi rizki yang Allah berikan. Justru semakin bertambah.

Allah SWT nanti akan bertanya kepada sebagian malaikat dan jin yang disembah manusia, Apakah benar kalian disembah oleh manusia? Tapi malaikat dan jin itu akan berkata kepada Allah: Engkaulah Yang Maha Suci, Yang Maha Menolong kami wahai Tuhan kami. Dan hari itu tidak seorangpun akan memberikan kemudaratan atau manfaat kepada orang lain. Semua kembali kepada keimanan dan amal masing-masing.

Sudah sunnatullah akan selalu ada orang yang membenci dan menghina kebenaran. Rasulullah SAW pun mendapat cacian dan hinaan apalagi kita. Jadi apakah demi tidak dicaci orang kita akan meninggalkan Al Haq?
Kita dilarang mengikuti kebayakan manusia, karena kebanyakan manusia tidak beriman, Jadilah manusia yang istiqomah dalam komitmen dan sabar dalam menjalani jalan haq ini. Walaupun godaan istiqomah itu berat, dan itu bisa didapat dari orang-orang yang terdekat dengan kita seperti orangtua, istri, dan kerabat. Dan hanya orang-orang yang kuatlah yang sanggup bertahan. Pada umumnya orang tidak kuat, mungkin karena tekanan, mungkin karena godaan. Ada orang yang tahan penderitaan, tapi diuji dengan godaan, akhirnya terjerumus, tidak istiqomah, begitupun sebaliknya. Karena itu mohonlah pada Allah untuk menetapkan hati, menguatkan langkah dalam kebenaran ini. Memang strategi kaum kuffar itu merangkul kaum muslimin dengan godaan-godaan. Kalau dengan rangkulan-rangkulan ini muslimin jatuh, maka sudah semakin mudah kaum kuffar menjatuhkan kaum muslimin. Tetapi ada juga orang-orang yang kuat dan tegas, keras menolak rangkulan itu, tapi juga harus diingat bahwa perjuangan tidak berhenti sampai disitu. Apabila tidak mempan dirangkul, ya bisa disiksa bahkan hingga sampai mati. Inilah kematian yang mulia, kematian karena mempertahankan kebenaran.
Memang dlm perjuangan ini salah satu yang dibutuhkan adalah kawan. Kawan ini harus cermat dalam mengenalinya. Pilih-pilihlah kawan. Orang yang mau berteman dengan kita saat senang, belum tentu saat susah ia mau berteman dengan kita. Ada pepatah Arab: Pada saat susah disanalah kamu mengenal siapa saudara atau teman kamu.
Kalau kita sedang banyak uang, maka kita tidak bisa lihat siapa teman, karena memang yang mudah dicari itu kawan ketawa. Ajak saja makan-makan, maka pasti akan banyak yang datang. Tetapi ketika susah, lihatlah apakah mereka masih mau mendampingi. Tidak semua, kecuali hanya segelintir orang yang mau ikut membantu. Itulah teman sejati, siap mendampingi kita ketika kita sedang dilanda kesulitan, termasuk ketika kita sedang lalai dari mengingat Allah, mereka akan mengingatkan dan mengajak kita kembali kepada kebenaran.

Wallahu a'lam.

Subhanakallahumma wabihamdika Asyhaduanlailahailla Anta Astaghfiruka wa atubuilaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar